Kebakaran hutan sudah
menjadi tradisi setiap tahun di Provinsi Riau, jika Jakarta punya banjir, maka
Riau punya asap yang melimpah karena kebakaran hutan. Kejadian bencana
kebakaran hutan tidak sepenuhnya terjadi karena faktor alam. Musim kemarau pada
awal bulan Juni dijadikan sebagai alasan terjadinya kebakaran hutan ini.
Padahal penyebab utamanya adalah para pembakar hutan yang ingin membuka lahan
untuk di jadikan sebagai lahan perkebunan. Pemantik api yang menyebabakan
kebakaran adalah manusianya sendiri, sedangkan cuaca ekstrem hanya memperparah
keadaan.
Menurut peniliti dari
Center Of International Forestry Research (CIFOR), pelaku pembakaran hutan
adalah para masyarakat maupun kelas-kelas menengah dan perusahaan yang selalu
berhubungan dengan orang-orang kuat, baik di tingkat kabupaten, nasional,
bahkan sampai tingkat ASEAN. Hal ini akan memperumit pemerintah dalam
pencegahan pembakaran hutan.
Pembukaan lahan dengan
cara dibakar memang menjadi metode yang paling murah, cepat, dan mudah. Namun,
dampak yang yang dihasilkannya sangatlah besar. Kebakaran hutan berdampak
terhadap beberapa bidang, diantaranya adalah bidang kesehatan, pendidikan,
ekonomi, dan ekologi.
1. Kesehatan
Menurut Dinas Kesehatan, kabut asap
dapatmenyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan
reaksi alergi, peradangan dan juga infeksi.
2. Pendidikan
Beberapa sekolah mulai dari TK
sampai SLTA di liburkan selama adanya kabut asap yang tebal,. Hal ini dilakukan
untuk menghindari resiko yang lebih buruk.
3. Ekonomi
Pemerintah telah mengeluarkan
banyak sekali dana untuk penanganan kebakaran hutan ini. Pada tahun 2014,
penanganan kebakaran hutan menelan biaya sebesar Rp 20 triliun. Pada tahun ini
dapat diperkirakan dari jumlah luas wilayah yang terbakar dan keparahan kabut
asap biaya yang dikeluarkan pemerintah akan lebih besar.
4. Ekologi
Kebarakan hutan akan mengakibatkan
hilangnya flora dan fauna endemic. Hal ini dikarenakan rusaknya habitat tempat
tinggal mereka. Rusaknya ekologi akan mengakibatkan kepunahan terhadap flora
dan fauna yang hidup di wilayah tersebut. Selain itu kebakaran hutan juga akan
mengakibatkan erosi dan menghilangkan unsure hara yang ada di dalam tanah.
Pengalihan lahan dari
hutan menjadi lahan kelapa mamang sangat baik, karena kelapa sawit di sebut
–sebut sebagai emas hijau yang dapat memebantu devisa Negara. Namun pemerintah
perlu lebih menekankan kepada para pengusaha atau petani yang ingin membuka
lahan untuk tidak menggunakan cara pembakaran lahan. Dalam undang-undang nomor
18 tahun 2004 tentang perkebunan, juga telah diamanatkan bahwa “setiap pelaku
usaha perkebunan dilarang membuka lahan /mengolah lahan dengan cara pembakaran
yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan”.
Menurut Dinas
Perkebunan, pembukaan lahan tanap bakar dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya adalah menjaga tersedianya unsure hara di dalam tanah, mencegah
erosi, menjaga kelestarian lingkungan, dan menjaga struktur dan tekstur tanah
yang baik.
Cara yang dapat
digunakan untuk mebuka lahan tanpa bakar diantaranya adalah
1.
Cara manual, yaitu dengan cara membabat
vegetasi dengan menggunakan alat, seperti parang.
2.
Cara mekanis, yaitu pembukaan lahan
dengan cara ditebang menggunakan traktor.
3.
Cara khemis, yaitu pembukaan lahan dengan
menggunakan bahan kimia, namun cara ini masih memilki dampak negtif terhadap
tanah.
Semua sudah jelas,
dalam undang – undang juga sudah di berikan peringatan kepada para pembakar
hutan. Namun, kembali lagi bahwa keputusan ada di tangan para pengusaha yang
berhubungan dengan potilisi yang kuat, sehingga sangat sulit pemerintah untuk
mencegah terjadinya pembakaran.
Kasus kabut asap sudah
menelan banyak korban jiwa, mulai dari anak – anak, orang dewasa, hingga
lansia. Anak – anak di bawah umur sudah merasakan sesaknya asap yang mereka
hirup selama berbulan-bulan. Pada beberapa pekan terakhir, dari pantauan udara
dilihat pekatnya asap berwarna kuning pekat yang menyelimuti provinsinsi riau
dan sekitarnya. Kegiatan masyarat juga terganggu karena parahnya kabut asap
mengakibatkan minimnya jarak pandang.
Manusia yang meusak,
manusia pula lah yang merasakan akibatnya. Sadar dan saling menyadarakan antar
individu mungkin bisa menjadi solusi yang pal7ing ampuh untuk mencegah
terjadinya kebakaran hutan pada tahun – tahun kedepan.