Selasa, 24 November 2015

sesaknya hidup di Provinsi Riau


Kebakaran hutan sudah menjadi tradisi setiap tahun di Provinsi Riau, jika Jakarta punya banjir, maka Riau punya asap yang melimpah karena kebakaran hutan. Kejadian bencana kebakaran hutan tidak sepenuhnya terjadi karena faktor alam. Musim kemarau pada awal bulan Juni dijadikan sebagai alasan terjadinya kebakaran hutan ini. Padahal penyebab utamanya adalah para pembakar hutan yang ingin membuka lahan untuk di jadikan sebagai lahan perkebunan. Pemantik api yang menyebabakan kebakaran adalah manusianya sendiri, sedangkan cuaca ekstrem hanya memperparah keadaan.
Menurut peniliti dari Center Of International Forestry Research (CIFOR), pelaku pembakaran hutan adalah para masyarakat maupun kelas-kelas menengah dan perusahaan yang selalu berhubungan dengan orang-orang kuat, baik di tingkat kabupaten, nasional, bahkan sampai tingkat ASEAN. Hal ini akan memperumit pemerintah dalam pencegahan pembakaran hutan.
Pembukaan lahan dengan cara dibakar memang menjadi metode yang paling murah, cepat, dan mudah. Namun, dampak yang yang dihasilkannya sangatlah besar. Kebakaran hutan berdampak terhadap beberapa bidang, diantaranya adalah bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan ekologi.
1.      Kesehatan
Menurut Dinas Kesehatan, kabut asap dapatmenyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan juga infeksi.
2.      Pendidikan
Beberapa sekolah mulai dari TK sampai SLTA di liburkan selama adanya kabut asap yang tebal,. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko yang lebih buruk.
3.      Ekonomi
Pemerintah telah mengeluarkan banyak sekali dana untuk penanganan kebakaran hutan ini. Pada tahun 2014, penanganan kebakaran hutan menelan biaya sebesar Rp 20 triliun. Pada tahun ini dapat diperkirakan dari jumlah luas wilayah yang terbakar dan keparahan kabut asap biaya yang dikeluarkan pemerintah akan lebih besar.
4.      Ekologi
Kebarakan hutan akan mengakibatkan hilangnya flora dan fauna endemic. Hal ini dikarenakan rusaknya habitat tempat tinggal mereka. Rusaknya ekologi akan mengakibatkan kepunahan terhadap flora dan fauna yang hidup di wilayah tersebut. Selain itu kebakaran hutan juga akan mengakibatkan erosi dan menghilangkan unsure hara yang ada di dalam tanah.
Pengalihan lahan dari hutan menjadi lahan kelapa mamang sangat baik, karena kelapa sawit di sebut –sebut sebagai emas hijau yang dapat memebantu devisa Negara. Namun pemerintah perlu lebih menekankan kepada para pengusaha atau petani yang ingin membuka lahan untuk tidak menggunakan cara pembakaran lahan. Dalam undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan, juga telah diamanatkan bahwa “setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka lahan /mengolah lahan dengan cara pembakaran yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan”.
Menurut Dinas Perkebunan, pembukaan lahan tanap bakar dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah menjaga tersedianya unsure hara di dalam tanah, mencegah erosi, menjaga kelestarian lingkungan, dan menjaga struktur dan tekstur tanah yang baik.
Cara yang dapat digunakan untuk mebuka lahan tanpa bakar diantaranya adalah
1.      Cara manual, yaitu dengan cara membabat vegetasi dengan menggunakan alat, seperti parang.
2.      Cara mekanis, yaitu pembukaan lahan dengan cara ditebang menggunakan traktor.
3.      Cara khemis, yaitu pembukaan lahan dengan menggunakan bahan kimia, namun cara ini masih memilki dampak negtif terhadap tanah.
Semua sudah jelas, dalam undang – undang juga sudah di berikan peringatan kepada para pembakar hutan. Namun, kembali lagi bahwa keputusan ada di tangan para pengusaha yang berhubungan dengan potilisi yang kuat, sehingga sangat sulit pemerintah untuk mencegah terjadinya pembakaran.
Kasus kabut asap sudah menelan banyak korban jiwa, mulai dari anak – anak, orang dewasa, hingga lansia. Anak – anak di bawah umur sudah merasakan sesaknya asap yang mereka hirup selama berbulan-bulan. Pada beberapa pekan terakhir, dari pantauan udara dilihat pekatnya asap berwarna kuning pekat yang menyelimuti provinsinsi riau dan sekitarnya. Kegiatan masyarat juga terganggu karena parahnya kabut asap mengakibatkan minimnya jarak pandang.

Manusia yang meusak, manusia pula lah yang merasakan akibatnya. Sadar dan saling menyadarakan antar individu mungkin bisa menjadi solusi yang pal7ing ampuh untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan pada tahun – tahun kedepan.